see the picture below?
yeaahh.. itu foto yang masuk ke Harian Rakyat Aceh tanggal 18 Januari 2016 lalu. kok bisa foto begituan masuk koran? hehehehe… itu asyiknya punya teman yang jadi jurnalis di Koran Lokal. tanpa diminta atau harus bayar pun, foto acara resepsi pernikahan yang aku sebut Meuramin ini pun dijadikan berita oleh teman.
well… foto ini diambil pada tanggal 17 Januari 2016, hari Minggu di Pantai Lampu’uk, Aceh Besar. pada hari itu, sekitar jam 8 pagi, berlokasi di Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, aku dan jendralku dinyatakan sah sebagai suami istri, setelah melalui prosesi ijab kabul yang lumayan menegangkan karena Bapakku sedang tidak dalam kondisi fit untuk mengeluarkan suara yang keras saat mengucapkan ijabnya, jendralku yang siap dalam kondisi sehat pun ternyata dilanda grogi sehingga harus mengulang 3 kali untuk mengucap kabulnya.
Alhamdulillah berjalan lancar, sehingga jadi nyaman dilanjutkan ke acara resepsi yang lebih mirip piknik ini. mengapa memilih konsep “meuramien”?
dalam bahasa Aceh, Meuramien itu berarti makan bersama ditempat yang terbuka dimana peserta boleh membawa makanan masing-masing atau disediakan, makannya sambil duduk lesehan di tikar atau alas bahkan boleh langsung di tanah.
berdasarkan pengertian itu kemudian aku dan jendral memilih pantai sebagai lokasi acara tersebut dan Alhamdulillah, teman-teman yang hadir bersama dengan keluarganya tampak menikmati dan ikut bahagia dalam acara tersebut. tentu saja, aku sudah memperkirakan keadaannya. meskipun sempat gerimis hingga saatnya adzan dhuhur, namun selanjutnya cuaca cerah dan semua makanan pun habis.
kerja keras teman-teman panitia yang membuat sandeng aka pelaminan yang tidak biasa ini, bahan makanan yang disumbangkan kawan-kawan berupa kambing, beras, es krim, rujak, air timun, pisang, jeruk dan sebagainya menambah serunya acara. yaa.. teman-temanku banyak yang bawa makanan sendiri untuk dimakan bersama.
bagaimana dengan hadiah? yaa.. beberapa temanku ada yang menghadiahkan bibit tanaman sebagai hadiah (sesuai permintaanku) yang mana hadiah tersebut kemudian aku hadiahkan lagi kepada warga setempat untuk mereka tanam di sekitar lokasi acara atau mereka bawa pulang untuk ditanam di kebun atau halaman rumahnya masing-masing.
temanku bertanya, mengapa demikian? bukankah hadiah seharusnya untuk pengantinnya? well… aku pikir, alangkah senangnya di hari yang paling fenomenal dalam hidupku setelah kelahiranku ini, aku berbagi dengan orang lain kan? apalagi hadiah tersebut adalah sesuatu yang bermanfaat buat orang banyak. bayangkan, berapa banyak oksigen yang dihasilkan oleh hadiah pohon yang aku terima itu? siapa yang bisa menikmati oksigen itu? manfaatnya tentu lebih besar daripada mendapat hadiah uang atau tenda kan?
demikian… hari ini tak terasa, sudah sebulan berlalu sejak acara itu terjadi dan aku masih merasa sangat bahagia mengenangnya. barangkali teman-temanku juga masih akan terus ingat hari itu, sebagai hari dimana mereka bertemu dengan para sahabat dan menghabiskan waktu lebih dari biasanya saat mereka menghadiri acara resepsi pernikahan di gedung atau rumah.
aku bahagia karena aku sudah menikah sekarang dan aku bahagia karena pada hari itu semua orang tampak menikmati suasananya. semoga kami bisa berbahagia selamanya, aamiin.